Triple negatif kanker payudara (TNBC) stadium awal

Ditulis/diterjemahkan oleh : dr Inez Nimpuno MPS MA – pasien kanker payudara dan penggiat masalah kanker di Indonesia

Sumber-sumber info dan tulisan yang diterjemahkan: lihat berbagai link dibagian paling bawah halaman ini.

Didahului oleh testimoni [tanggal 12 May 2023] dari mbak Endah Dwi Kurniati (survivor stadium awal TNBC selama 19 tahun – ketua komunitas Srikandi Indonesia) . Mbak Endah adalah bukti dari ‘teori’ dari besar kecilnya resiko kembali (= relapse/recur/metastatik) tidaknya stadium awal TNBC : yaitu makin lama tidak ditemukan bukti ada kanker di badan , terhitung dari waktu di diagnosa, maka MAKIN KECIL bahkan bisa dikatakan hampir tidak mungkin kanker akan kembali. [baca tulisan sesudah testimoni mbak Endah].

Disclaimer/Penafian:
Tulisan ini TIDAK UNTUK menggantikan advis dokter masing -masing. TETAPI, ditujukan untuk memberikan informasi yang berasal dari sumber-sumber yang menurut penulis bisa dipercaya dan ber-reputasi (dengan tautan kesemua sumber tulisan, tersedia di halaman ini). Dituliskan kembali (juga dikomentari) dengan bahasa Indonesia yang diusahakan sesimpel mungkin tanpa mengurangi info medis yang ingin disampaikan. Tujuan besarnya: pasien yang lebih mengerti sudut medis dari kanker payudaranya diharapkan akan lebih terkuatkan.,

Endah Dwi Kurniati – ketua Komunitas Srikandi Indonesia – Survivor TNBC stadium awal [19 tahun pada thn 2023]

Kanker Payudara Anugerah Terindah dari Tuhan
Nama saya Endah terdeteksi kanker payudara pada tahun 2004
Suatu hari saat saya mandi teraba ada benjolan di payudara sebelah kanan.
Saya langsung konsultasi ke dokter yang menyarankan dilakukan Ultrasonografi (USG) payudara dan mammografi.
Dari hasil pemeriksaan USG dan mammografi Dr Sonar Panigoro Sp,B Onk menyarankan untuk langsung operasi saja. Saat itu saya tanya apakah tidak dibiopsi saja dulu, beliau menjawab tidak usah. Jadi ya sudah pasrah lah saya.

Dengan pertimbangan anak yang masih kecil-kecil saya memilih melakukan tindakan operasi di sebuah rumah sakit di Bekasi yang lebih dekat dari rumah… Operasi dilakukan oleh dokter spesialis bedah onkologi di RS tersebut.

Karena posisi tumor pada payudara yang ukuran payudara saya tidak besar maka diputuskan operasi mastektomi yang dilakukan. Dari hasil pemeriksaan jaringan tumor pada payudara yang sudah diangkat tersebut, terkonfirmasi bahwa benjolan tersebut adalah kanker payudara dengan patologi anatomi (PA) menunjukkan karsinoma duktal invasif, grade 2 dan stadium 2A.
Sesudah operasi, terapi berlanjut dengan kemoterapi 6 kali dan radiasi 25 kali.
Hasil tes Immunohistokimia (IHK) saya menunjukkan bahwa sub-tipe kanker payudara saya adalah triple negatif, atau sering disingkat TNBC (triple negative breast cancer), yang artinya, tidak ada reseptor hormon estrogen (ER negatif), tidak ada reseptor hormon progesteron (PR negatif ) di sel kanker saya, dan juga tidak ada kelebihan protein HER2 (artinya HER2 nya negatif).
Artinya, selain operasi, kemoterapi dan radiasi, maka tidak ada terapi lain yang tersedia waktu itu.

Jadi untuk selanjutnya saya hanya berusaha untuk mengatur pola hidup sehat yaitu makan makanan sehat (makan secukupnya tanpa banyak pantangan), tidak mengandung pengawet, pewarna buatan dan MSG, juga minimal gula. Dan juga selalu berusaha aktif dengan olahraga teratur.

Disaat terdeteksi kanker payudara perasaan yang hadir pasti tidak karuan tapi demi keluarga terutama anak-anak yang masih kecil-kecil saya motivasi diri untuk dapat menyelesaikan treatment pengobatan medis dengan baik dan sehat kembali… Alhamdulillah saya sudah mendapat remisi 19 tahun survive.

Kegiatan saya saat ini adalah melakukan pendampingan kepada teman-teman yang baru terdeteksi kanker payudara… Dengan berbagi pengalaman, saya berharap teman-teman seperjuangan dapat termotivasi sehingga tumbuh semangat juang untuk meraih kesembuhan. Tapi motivasi dari diri sendiri lah modal utama perjuangan melawan kanker… Keikhlasan menerima anugrah dari Tuhan inilah yang akan meringankan langkah dan menumbuhkan energi positif dalam diri sehingga pengobatan medis yang dijalani lebih efektif.
Kanker bukan akhir segalanya tapi awal hidup yang lebih baik, bermakna dan bermanfaat.

Stadium awal tripel negatif (triple negative) kanker payudara (disingkat TNBC). 

TNBC adalah jenis kanker payudara yang pada sel sel kankernya tidak ditemukan ada reseptor (penerima) hormon estrogen dan progesteron, juga tidak ditemukan ada protein HER2 yang berlebihan. Sekitar 15 persen (15%) dari seluruh kasus kanker payudara bertipe TNBC.

TNBC pada umumnya merespon baik kemoterapi. [Artinya, biasanya dengan kemoterapi, hasilnya baik]. Dibandingkan dengan jenis kanker payudara yang lain, pasien TNBC cenderung mengalami kankernya kembali (= relaps/recur/menjadi metastatik atau stadium lanjut) dalam kurun waktu sampai lima (5) tahun sesudah didiagnosa stadium awal. TETAPI, melewati masa 5 tahun pertama, dalam jangka panjangnya (lebih dari 10 tahun) , kembalinya kanker stadium awal TNBC menjadi stadium lanjut/metastatik menjadi makin kecil.

Terapi TNBC

Terapi TNBC bisa terdiri dari: 

  • Kemoterapi
  • Operasi
  • Radioterapi
  • Imunoterapi (yang mungkin hanya bisa didapatkan melalui partisipasi dalam uji klinis dari obat imunoterapi tertentu untuk TNBC)

Karena TNBC biasanya merespon baik terhadap kemoterapi, maka dokter ahli kanker anda [yaitu dokter onkologi medik (dokter onko medik ) atau di Indonesia gelarnya Sp Pd KHOM (karena kemoterapi adalah terapi sistemik – artinya sistemik: dampak terapi sistemik itu seluruh badan, catatan: Sp Pd KOHM trainingnya tentang terapi sistemik) maka dokter anda biasanya akan membuat rancangan/rencana kemoterapi apa yg paling tepat untuk anda. Rancangan terapi ini seharusnya disesuaikan dengan keadaan masing-masing individu dan apa yang paling diinginkan/paling cocok dengan situasi pasien.

Kemoterapi untuk TNBC sering diberikan SEBELUM operasi. Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi dinamakan neoadjuvant chemotherapy (yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum operasi). Dibawah ini daftar keuntungan kalau kemoterapi diberikan sebelum operasi:  

  • Memberi kesempatan untuk melihat apakah kemoterapi yang diberikan bekerja memperkecil tumor ganas/kankernya.
  • Memberi kemungkinan dilakukannya operasi payudara dimana tidak semua bagian payudara diangkat (= breast conserving surgery, contoh lumpectomy) daripada dilakukan mastectomy, kalau nantinya ditemukan tumor ganas/kankernya mengecil secara signifikan.
  • Memberi waktu untuk melakukan tes gen (genetic testing) untuk menentukan apakah pasien mewarisi/mempunyai gen BRCA yang mutasi. Jika tes gen ini hasilnya positif, maka bisa mempengaruhi jenis operasi seperti apa yang bisa dipertimbangkan.

Terapi TNBC bisa ternasuk radioterapi sesudah operasi, khususnya kalau jenis operasinya adalah lumpectomy (mengambil tumor/kankernya saja dan sebagian jaringan yg sehat disekitar tumor).

Ada kemungkinan anda ditawari terapi dengan imunoterapi, biasanya melalui program uji klinis yang tersedia, tentu saja untuk semua dan setiap uji klinis, ada kriteria-kriteria khusus yang ketat yang harus dipenuhi menurut uji klinis masing-masing. Meskipun di Indonesia jarang ada uji klinis (biasanya uji klinis yang bereputasi selalu ber afiliasi dengan uji klinis tingkat dunia) tetap tanyakan pada dokter apakah ada uji klinis yang tersedia yang kira2 cocok untuk anda. .

Fakto resiko mendapatkan triple negative kanker payudara 

Siapapun, punya kemungkinan didiagnosa TNBC. Tetapi ada beberapa hal yang meningkatkan resiko (= kemungkinan dihidupnya) seseorang mendapatkan TNBC ini.

Mempunyai gen yang bernama gen BRCA yang mutasi (= ada kelainan)

Semua orang mempunyai gen yang bernama BRCA1 dan BRCA2. Gen-gen ini normalnya mencegah kanker berkembang. Tetapi, kalau gen gen ini bermasalah atau ada kelainan (yang sering disebut mutasi) pada gen gen ini atau salah satu dari gen gen ini, maka orang yang mempunyai mutasi pada gen BRCA 1 atau gen BRCA2nya mempunyai resiko (kemungkinan) terkena kanker payudara, kanker indung telur (ovarian cancwer) dan pada laki-laki: kanker prostat.
Kelainan (mutasi ) pada gen gen ini bisa diturunkan dari generasi ke generasi.

Sekitar 5%-10% dari seluruh orang yang didiagnosa kanker payudara ditemukan mewarisi gen BRCA1 atau BRCA2 yang mengalami mutasi.  

Mutasi pada gen BRCA1 dihubungkan dengan resiko yang lebih tinggi mengalami TNBC. Tidak semua TNBC disebabkan oleh gen gen BRCA yang mengalami mutasi, tetapi juga perlu dicatat tidak semua kanker payudara yang disebabkan oleh BRCA yang mutasi adalah TNBC.

Mutasi pada gen BRCA2 biasanya ditemukan pada kanker payudara dengan reseptor estrogen progesteron pada permukaan sel kanker payudaranya (oestrogen receptor positive (ER+) breast cancer)

Kalau dalam keluarga ada riwayat yang kuat (tiga atau lebih anggota keluarga dari pihak yang sama) ada yang didiagnosa kanker payudara atau/dan kanker indung telur (ovarian cancer) , ada kemungkinan anda dan anggota keluarga anda yang lain mempunyai mutasi pada gen BRCA mereka.

Perempuan yang belum memasuki masa menopause

Dalam dunia kanker payudara, perempuan yang belum menopause mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi terdiagnosa TNBC dibandingkan dengan yang sudah menopuase. Para ilmuwan dibidang kanker payudara belum bisa menemukan apa yang menjadi penyebabnya. Sejumlah penelitian sedang dilakukan untuk mendapatkan jawabannya.

Pentingnya dukungan untuk pasien TNBC 

Banyak jenis (sub-tipe) kanker payudara dan setiap jenis terapinya berbeda. Karena TNBC termasuk jenis kanker payudara yang terjadi lebih jarang, maka banyak pasien TNBC mengalami kesulitan mengerti opsi/pilihan terapi TNBC pada waktu bediskusi dengan pasien dengan jenis kanker payudara yg lain (= yg bukan TNBC). Sehingga, idealnya, untuk bisa lebih mengerti, cari info yang lebih jelas pada dokter anda, atau mencari bacaan yang bisa dipercaya kebenarannya, ikut seminar tentang TNBC, atau berdiskusi di komunitas-komunitas yag mendukung pasien TNBC, semoga bisa berguna.

Sejumlah pasien TNBC merasa mendapatkan dukungan yang baik melalui komunitas TNBC (misalnya TNBC dari CISC).  

Riset tentang TNBC

Sejumlah penelitian menemukan bahwa TNBC ternyata mempunyai subtipe sub-tipe nya lagi, ada jenis-jenisnya lagi. Ini akan membuka peluang untuk terapi baru yang bisa lebih tepat untuk men-target jenis-jenis TNBC ini.

Terapi target pada saat ini sedang diteliti dengan menggunakan terapi untuk kanker-kanker yang timbul karena ada masalah pada gen BRCA – contohnya seperti anti PARP (PARP inhibitors) , yaitu sebuah jenis terapi target (yang mula-mula dipakai untuk terapi kanker indung telur) dan anti PI3K/AKT (PI3K/AKT inhibitors) dan juga obat-obat imunoterapi lainya yang sedang atau sudah dipakao untuk jenis kanker lain.

Sumber tulisan yang diterjemahkan:

https://www.bcna.org.au/understanding-breast-cancer/what-is-breast-cancer/triple-negative-early-breast-cancer/

https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/her2-positive

https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/treatment/targeted-cancer-drugs/types/PARP-inhibitors#:~:text=PARP%20inhibitors%20are%20a%20type,all%20examples%20of%20PARP%20inhibitors.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5604720/

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1044579X18301470#:~:text=The%20PI3K%2FAkt%2FmTOR%20signaling%20pathway%20is%20a%20major%20intracellular,GTPase%20activating%20protein%20for%20Rheb.

Kanker Payudara baru timbul lagi

Secunda Dewi, Solo, Jawa Tengah
Secunda Dewi, 48 tahun, Madiun

Nama saya Sacunda Dewi usia 48 th. Saya seorang Ibu Rumah Tangga tinggal di Madiun. Lewat blog ini saya ingin berbagi cerita, bagaimana saya mengalami kanker yang timbul lagi di payudara saya  yang satunya.

Awal Agustus 2015 saya merasakan ada benjolan di payudara kanan saya, meskipun teraba kecil tapi terkadang menimbulkan nyeri. Karena tahun 2015 di Madiun belum ada USG payudara maka saya ke Prodia di Solo. Hasil USG saya bawa ke seorang dokter ahli bedah onkologi yang lalu melakukan biopsi. Hasilnya benjolan tersebut ganas.

Tanggal 9 September 2015, operasi payudara kanan dilakukan, sebelumnya dokter meminta persetujuan saya, seandainya nanti pada saat operasi, ternyata pengambilan seluruh payudara dinilai perlu (jadi tidak hanya pengambilan benjolannya saja), apakah saya ikhlas?. Dengan tegas saya jawab: “siap Dok”.  Ternyata, selama operasi dalam proses pengambilan benjolannya saja, sesudah dilakukan sayatan sampai tiga kali, jaringan yang tertinggal masih ada sel kankernya,  Maka diputuskan payudara kanan saya di mastectomy (diangkat seluruhnya). Pada saat operasi tersebut, dokter juga mengambil satu dua kelenjar getah bening (KGB) di ketiak, yang lalu langsung saat itu juga di check (dengan pemeriksaan patologi (PA) untuk mengetahui apakah ada sel kanker pada KGB tersebut. Ternyata ada, sehingga ikut diangkatlah sejumlah KGB di ketiak kanan saya. Tindakan ‘pembersihan’ ini untuk memastikan tidak ada lagi KGB yang tersisa yang mengandung sel kanker. Tindakan ini dinamakan ‘axillary clearance’, (lihat tulisan tentang ini di blog ini). Hasil pemeriksaan patologi (PA) mengkonfirmasi bahwa saya didiagnosa kanker payudara (Carsinoma Epitel Ductus Mammae Infiltratif (NOS) Grade III) dengan penyebaran (metastase) ke kelenjar getah bening di ketiak kanan.

Menyusul hasil PA, lalu hasil pemeriksaan Immuno Histo Kimia (IHK) yang menunjukkan bahwa sel sel kanker dari benjolan tersebut tidak mempunyai reseptor estrogen dan progesteron (tertulis di laporan PA: ER negatif dan PR negatif), dan terdapat kelebihan protein HER2 (tertulis HER2 positif) – jadi tertulis negatif – negatif – positif atau (– ; – ; +). Anjuran terapinya: kemoterapi sebanyak delapan kali tanpa radioterapi.

Untuk kemudahan pemberian kemoterapi, sebuah alat kecil (portal), yang dinamakan ‘chemoport’ dipasang di dada diatas payudara kiri, melalui proses operasi kecil, sebelum kemoterapi pertama (tgl 12 November 2015) dimulai.

Saat operasi payudara saya belum menjadi peserta BPJS, tetapi untungnya, saya memiliki asuransi kesehatan swasta yang terbukti sangat membantu pembiayaan rawat inap saya selama operasi. Karena jaminan biaya terapi kanker akan lebih banyak sebagai peserta BPJS, maka menjelang kemoterapi, saya sudah berhasil membereskan urusan keanggotaan BPJS saya.

Kemoterapi selesai, dan dilanjutkan dengan pemberian trastuzumab karena hasil IHK yang menunjukkan bahwa di sel-sel  kanker terlalu banyak didapati protein HER2 (HER2 positif (HER2 +)). Saya beruntung sekali, waktu itu, BPJS masih menjamin pemberian trastuzumab sebanyak 8 kali (sebulan sekali pemberian), dan waktu itu trastuzumab yang ada hanya yang ber merk Herceptin. Dimulai 19 Mei 2016 berakhir  21 Desember 2016. Efek Herceptin tdk sedasyat efek kemo, yg saya rasakan hanya kaki bengkak apabila saya kecapekan.

Menurut protokol terapi kanker dengan HER2 +, terapi Herceptin idealnya diberikan sebanyak 18 kali. Karena BPJS menjamin 8 kali saja,  maka dokter memutuskan alternatif lain, melanjutkan minum obat kemoterapi Lapatinib (merk dagang: Tykerb). Saya mengalami efek yang berat pada kuku kuku kaki (hand-foot syndrome). Kapsulnya besar2 sekali minum 5 butir, saya konsumsi sebanyak 10x resep, jumlah total kira-kira 1500 butir. Selesai terapi minum Tykerb, selesailah sudah seluruh rangkaian terapi. Selanjutnya adalah rutin check dengan USG Payudara dan perut serta di foto xray dada setiap 3 bulan sekali bergantian. Puji Tuhan hasilnya bersih. Atas perintah dokter ahli kanker, setiap 6 bulan sekali saya menjalani tes  TC Mibi dan Bone Scan yang waktu itu baru ada di RS Karyadi Semarang.

Atas saran dokter ahli kanker yang sama, saya menjalani PET Scan (hanya ada di Jakarta) pada pertengahan Januari 2017, karena dari TC Mibi meng indikasi ada benjolan (nodul) di leher kiri. Hasil PET Scan, mendukung hasil TCMibi. Karena ini, dilakukan biopsy (dengan panduan USG) untuk mengambil sedikit jaringan pada nodul di leher tersebut. Biopsi dilakukan di PKU Muhammadiyah Solo oleh Prof.Ambar. Puji Tuhan hasilnya langsung bisa diketahui, tidak ditemukan keganasan.

Setelah itu saya rajin kontrol setiap 3 bulan sekali dan melakukan cek kesehatan seperti mammografi, Thorax, USG Abdomen.Hasilnya selalu bersih.

Awal Agustus 2019,  tangan kiri saya terasa ngilu. Meski ini bukan tanda ada kanker, tapi jadi semacam tanda untuk saya untuk was was, karena itu yg saya rasakan 4 tahun sebelumnya. Saya raba2 payudara kiri saya, terasa ada beberapa benjolan kecil dibawah putingnya. Dokter ahli kanker menjadwalkan tindakan biopsi tanggal 8 Agustus 2019. Kejadian 4 tahun sebelumnya terulang lagi. Bagai tersambar petir hasil PA biopsi menunjukkan adanya sel2 kanker

Hilang semua semangat yg saya miliki selama ini.Terbayang lagi semua hal yg pernah saya rasakan..mastektomi..kemo dengan segala efeknya yg luar biasa. Dokter ahli kanker yang super baik hati yang merawat saya, berkomentar bahwa saya kelihatan lebih terpuruk menerima kenyataan yg kedua ini. Kata2 beliau justru membangkitkan semangat saya lagi utk tetap melanjutkan perjuangan yg harus saya jalani lagi dan lagi…

Kali ini urutan terapi agak berbeda, mastektomi dijadwalkan setelah dilakukan 3x kemoterapi. Sesudah kemo kedua 26 September 2019, benjolan teraba semakin besar, akhirnya dokter memutuskan mastektomi ( segera dan sesudah itu baru dilanjutkan dengan kemo ketiga sampai ke enam yang selesai tanggal 9 Januari 2020.

Apapun yg sudah terjadi tetap saya syukuri..meskipun saya tidak punya kedua payudara saya lagi. Hasil IHK kanker yang kedua ini, berbeda dengan kanker yang pertama dulu, yang kedua ini estrogen dan progesteron reseptor  nya positif dan HER2 nya negatif (+/+/-).

Selalu saya tanamkan pada diri saya, kontrol ke dokter dan kemo adalah perjalanan refreshing…. semangat menjemput sehat..  momen bersuka cita… setiap berada di RS Kasih Ibu, saya selalu merasa bahagia bertemu dengan teman2 seperjuangan. Dukungan keluarga sangat membuat saya kuat, terutama suami yg selalu setia mengantar, juga kakak perempuan saya yang jauh-jauh selalu datang dari Klaten.

Efek kemo kali ini berbeda dengan kemo yang dulu, perut sebah/tidak enak..mulut pahit/makan apapun tidak enak..ditambah sembelit.

Sampai saat ini, sesudah lama kemo selesai, masih saya rasakan efek dari kemo, hampir semua ujung jari2 tangan saya kesemutan dan terasa baal/kebas.

____________________________________________________________________________

Sesudah testimoni mbak Secunda diatas, berikut ini tulisan terjemahan dari https://breastcancernow.org/information-support/facing-breast-cancer/diagnosed-breast-cancer/second-primary-diagnosis yang mengulas tentang Kanker Payudara Primer Baru.

Kanker Payudara yang baru yang muncul baik di PAYUDARA YANG SATUNYA atau di PAYUDARA YANG SAMA bisa terjadi. Statistik menuliskan bahwa satu dari 25 penderita kanker payudara, mengalami timbulnya kanker baru di payudara satunya atau di payudara yang sama. Kalau terjadi di payudara yang satunya (yang sebelumnya tidak ada kanker nya) maka disebut Contralateral Breast Cancer (Kanker Payudara Kontralateral).

Siapapun yang pernah di diagnosa kanker payudara, mempunyai resiko yang lebih tinggi (dibandingkan dengan mereka yang belum pernah terdiagnosa kanker payudara) mengalami kanker payudara BARU yang timbul lagi di payudara yang satu lagi yang semula ‘sehat’ (tidak ada kanker) atau di payudara yang sama. Kita namakan (Kanker Payudara Primer Baru). Perlu dicatat bahwa Kanker Payudara Primer Baru ini, BUKAN kanker sekunder, artinya BUKAN kanker pertama yang lalu metastase, artinya bukan kanker yang berasal dan menyebar dari kanker di lokasi pertama dan menjadi dasar dari diagnosa kanker payudara yang pertama.  Tetapi, Kanker Payudara Primer kedua adalah kanker baru (istilah yang dipakai adalah ‘PRIMER” atau ‘pertama’). Sehingga, semua tindakan medis yang diberlakukan adalah tindakan medis yang diberlakukan untuk kanker payudara yang baru ditemukan, bias persis seperti yang didapatkan/didiagnosa terdahulu, atau berbeda karena karakterikstiknya berbeda.

Kanker payudara primer baru ini, yang bisa timbul di payudara yang satunya, atau bisa juga timbul di payudara yang sama, yang sudah mengalami lumpektomi (penah di operasi hanya diambil benjolan dan sedikit jaringan disekitar benjolan saja, atau sering disebut operasi breast conserving surgery/therapy (BCT).

Perlu dicatat bahwa, resiko timbulnya Kanker Payudara Primer Baru ini meningkat pada mereka yang mempunyai kelainan genetik tertentu (contoh – baca di ulasan di tautan berikut ini kelainan/mutasi dari gen BRCA1 dan BRCA 2). 

. Mutasi (perubahan) dari gen pada seseorang, adalah satu faktor yang membuat meningkatnya resiko timbulnya kanker payudara primer baru. Pada saat ini, di dunia terapi medis kanker payudara, baru dua gen (BRCA 1 dan BRCA 2) yang diketahui bahwa kalau gen gen ini mengalami mutasi maka resiko timbulnya kanker payudara primer baru akan meningkat.

catatan: perhatikan juga ada ‘hyperlink’ yang kalau di ‘klik buka’ di kata-kata yang berwarna berbeda, maka akan terbuka tulisan lain di blog ini.

1. Kanker payudara primer baru

Diulangi lagi, bahwa: diagnosa kanker payudara yang baru (Kanker Payudara Primer Baru) artinya,  ini kanker yang baru dan BUKAN kanker lama yang lalu menyebar. Jadi, ini BERBEDA dengan kanker payudara yang lalu menyebar kemudian, yang disebut kanker yang  timbul kembali (recurrence) atau kanker payudara yang relapse (kambuh) atau kambuh dan biasanya sudah menyebar ke organ lain, sehingga sering disebut sebagai Kanker Payudara Sekunder dimana stadiumnya selalu stadium lanjut.

Jadi, tindakan medis kanker primer yang baru ini TIDAK SAMA dengan kanker payudara sekunder (kanker stadium lanjut), karena kanker payudara sekunder kankernya sudah menyebar organ-organ lain di tubuh, dan kanker payudara primer yang baru, kankernya terlokalisir, masih berada di payudara atau kalau menyebar, hanya menyebar di kelenjar getha bening (lymph nodes) yang terdekat (biasanya di ketiak) dari payudara.

2. Diagnosa kanker payudara primer yang baru  /h2> – (Kanker Payudara Primer Baru)

Melalui serangkaian pemeriksaan dan tes (mulai dari tes darah dan berbagai modalitas tes radiologi/imaging), harus dipastikan dulu apakah kanker baru yang timbul itu kanker yang lama yang lalu kembali (metastase); ATAU kanker yang sama sekali baru.

Setiap diagnosa Kanker Payudara Primer Baru, idealnya melibatkan konsultasi dengan dokter yang membahas tentang usaha penelusuran apakah di keluarga ada riwayat sakit kanker, sehingga bisa ditentukan ada tidaknya resiko tinggi terkena kanker payudara (gunanya untuk memperkirakan ada resiko yang tinggi atau tidak pada anggota keluarga dekat yang sedarah). 

Kanker primer baru yang timbul (atau Kanker Payudara Primer Baru) bisa mempunyai karakterikstik yang berbeda dengan kanker payudara pertama yang dulu ada.  Misalnya,  kanker primer yang pertama dulu, hasil immunohistokimia nya menunjukkan kankernya mempunyai reseptor estrogen dan progesterone (alias ER PR positif – +/+) , tetapi (Kanker Primer Baru) yang ini mempunyai ER PR negative )-/-). 

3. Terapi Kanker Payudara Primer Baru

tergantung dari diagnosa dan keadaan yang ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan-pemeriksaan (tes) yang dilakukan.

Juga, terapi apa yang akan diterima untuk kanker yang baru ini, tergantung di payudara mana kanker ini muncul. CONTOH …..

(a) Jika, timbulnya di payudara yang sama dengan kanker primer yang terdahulu, dan terapi terdahulu melibatkan pengambilan jaringan payudara yang luas pada tindakan lumpektomi, lalu dilanjutkan dengan radioterapi, maka mastektomi biasanya dianjurkan. Hal ini karena, diulangnya radioterapi biasanya tidak dianjurkan sebab daerah yang sudah pernah di radioterapi sudah mengalami kerusakan jaringan, sehingga tidak ideal untuk diberikan radioterapi lagi yang bisa menyebabkan kerusakan jaringan lebih banyak/lebih jauh.

(b)Jika kanker primer baru didapatkan di payudara yang satu lagi (sering disebut ‘kanker payudara kontralateral’) maka, seperti kanker primer yang terdahulu dialami, jenis operasi payudara yang dibutuhkan tergantung dari ukuran dan lokasi kanker di payudara satunya tersebut.

Terapi pada kanker primer baru akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya, karena keadaannya bisa berbeda. Karakteristik yang dipertimbangkkan untuk menentukan terapi adalah sebagai berikut:

4. Prognosa (outlook)

Prognosa atau perkiraan keadaan di masa depan (outlook), bagaimana perkembangan dimasa depan, dari sebuah kanker payudara primer baru akan tergantung dari keadaan (karakteristik) dari kanker baru tersebut, termasuk tergantung dari grade dan stadiumnya. Sama seperti waktu didiagnosa dengan kanker primer yang dulu.

.

5. Apa yang dirasakan dan dipikirkan mereka yang ter diagnosa kanker payudara primer baru?

Di diagnosa kanker payudara lagi, tentu saja sesuatu yang sangat mengagetkan. Sangatlah berat menyadari dan lalu menerima bahwa serangkaian terapi yang pernah dilalui, harus dijalani lagi, pada saat semua yang pernah terjadi dimasa lalu, dianggap sudah berlalu, tidak akan pernah terjadi lagi. Untuk sebagian orang, mungkin merasa, karena sudah berpengalaman, maka, kali ini akan dilalui lebih mudah. Tapi untuk sebagian orang lain, kali kedua mendapatkan kanker payudara, meskipun kanker payudara yang primer, bisa terasa sangat berat.

Sehingga … sangat penting untuk mencari dan punya kesempatan untuk bertanya dan mencari jawaban. Tempat bertanya yang paling berkompeten adalah dokter ahli kanker yang merawat anda, terutama karena setiap pasien mempunyai keadaan individual dimana untuk setiap orang, jawaban/informasi yang dibutuhkan bisa berbeda, sehingga hanya dokter ahli kanker yang merawat;ah, yang bisa membantu memberikan jawaban berdasarkan semua hasil pemeriksaan dan hasil berbagai macam tes/uji.

Berada didalam atau mengontak komunitas/support group untuk pasien, juga berguna, dengan banyak anggota goup yang berbagi pengalaman, maka akan sangat menolong membantu mencari sebagian jawaban.

kanker payudara baru = kanker payudara primer

kanker payudara yang pernah ada dan sudah ‘sembuh’ tapi muncul lagi = kanker payudara sekunder

‘Kematian’ Tulang Rahang: Efek Samping Obat Penguat Tulang

Nama saya Evin. Lewat blog dr Inez ini, sesudahmembaca cerita saya, saya berharap pembaca bisa tahu bahwa kasus kematian tulang rahang sebagai efek samping pemakaian obat penguat tulang, bisa terjadi. Saya tahu bahwa kasus efek samping obat penguat tulang berupa kematian tulang rahang, jarang terjadi, tapi ada. Dan ternyata saya alami kasus yang jarang tersebut. Baca juga keterangan yang ditulis dr Inez tentang kematian tulang rahang dibawah testimoni saya, sehingga teman-teman tahu persis apa itu kematian tulang rahang.

Saya pasien kanker payudara. Akhir tahun 2016 saya menjalani pemeriksaan bone scan, hasilnya: ada penyebaran di tulang belakang lumbal 4 dan panggul kiri. Saya memulai kemoterapi untuk penyebaran ke tulang ini. Selain itu, saya diberikan obat penguat tulang merk Zolenic (isi nya zoledronic acid). Saya ingat, gigi geraham kiri bawah saya tumbuh miring dan terasa sakit, waktu itu saya baru saja selesai di infus zoledronic acid yang ketiga.  Saya langsung pergi ke dokter gigi dan gigi geraham kiri bawah tersebut dicabut. Sakit gigi hilang tapi lukanya tidak menutup dan terasa tumbuh tulang kecil yg menonjol keluar didaerah bekas gigi yang dicabut. Meskipun tidak terasa sakit, saya mendatangi seorang dokter spesialis bedah mulut untuk terapi luka yang belum menutup itu. Dokter bedah mulut meyakinkan saya bahwa tidak ada yang perlu dikuatirkan. Menurut beliau, luka akan menutup sendiri dan luka belum menutup karena efek kemoterapi yang sedang saya jalani.

Setahun berlalu dan luka bekas cabut gigi tersebut belum juga menutup. Akhir 2017, gigi geraham kiri atas juga mengalami keadaan yang sama, tumbuh miring dan sakit rasanya. Karena pengalaman luka yang tidak sembuh sesudah cabut gigi geraham kiri bawah, maka kali ini saya konsultasi dulu dengan dokter ahli kanker yang merawat saya. Dokter ahli kanker menghentikan kemoterapi untuk sementara dengan tujuan pada waktu saya dicabut gigi geraham kiri atas ini maka bisa menjamin penyembuhan luka cabut gigi. Sesudah kemoterapi berhenti selama 3 bulan, lalu saya ke dokter gigi untuk cabut gigi. Tidak seperti cabut gigi geraham kiri bawah setahun sebelumnya, geraham kiri atas sembuh sempurna. Kemoterapipun (yang sempat berhenti 5 bulan) diteruskan.

Masalah masih ada. Luka bekas cabut gigi geraham kiri bawah yang sudah setahun lalu dilakukan itu, belum juga sembuh, dan mulai terasa sakit luar biasa. Oleh dokter ahli kanker, saya dirujuk ke seorang dokter ahli bedah mulut yang lain (ini yang kedua) yang sesudah memeriksa, meskipun saya mengeluh sakit luar biasa, dokter ini mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan luka yang belum menutup tersebut. Bingung, saya datangi kembali dokter gigi yang mencabut gigi saya, jawabannya sama, tunggu saja karena nanti luka akan menutup. Tidak ada solusi untuk rasa sakit yang makin meningkat dan infeksi di gigi tersebut. Karena sakit makin tidak tertahankan, maka saya datangi dokter ahli bedah mulut yang berbeda (ini dokter ahli bedah mulut ke tiga). Dokter yang ini mengatakan bersedia melakukan tindakan asal ada kerjasama dengan dokter ahli bedah onkologi yang merawat saya. Saya heran, dengan kondisi saya yang makin berat, mulut bengkak susah dibuka, luka yang bernanah dan rasa sakit yang makin luar biasa,dan hasil pemeriksaan mulut dan rontgen mulut, dokter bedah mulut yang ketiga ini, tidak melakukan tindakan apa-apa, baik untuk mengatasi rasa sakit dan infeksi di geraham saya tersebut.

Karena dari 3 orang dokter bedah mulut yg saya datangi saya tidak diberi obat apapun untuk meredakan rasa nyeri dan infeksi terus berlanjut, saya kembali ke dokter ahli kanker saya yang lalu memberi obat anti nyeri MST dan satu jenis antibiotika.

Saya mulai kehabisan akal, keseharian saya penuh rasa sakit yang luar biasa, saya tidak tahan lagi rasanya. Dokter ahli bedah mulut ketiga ini mengirim surat minta kerja sama dengan dokter ahli bedah kanker padahal saya sudah dirujuk ke dokter ahli bedah mulut tersebut yang menurut keahliannya kasus saya adalah bidang dokter ahli bedah mulut. Terus terang saya bingung dan tidak tahan lagi. Tidak ada solusi bagaimana caranya pasien seperti saya diminta mengatur supaya permintaan sang dokter ahli bedah mulut menjadi kenyataan. Sungguh sistem yang membingungkan untuk pasien. Karena dokter ahli kanker saya juga bingung akan maunya dr ahli bedah mulut tersebut, akhirnya, saya dirujuk ke seorang dokter ahli bedah mulut yg berbeda (ini dokter ahli bedah mulut ke empat). Waktu itu keadaan saya makin berat, luka yang belum menutup itu sudah bernanah. Rasanya saya ingin mati saja karena nyeri hebat yang saya rasakan. Kali ini, dokter ahli bedah mulut ke empat ini menangani infeksi saya dengan memberikan antibiotik tambahan. 3 hari obat diminum infeksi mereda dengan bengkak dan nyeri yang berkurang. (Saya sangat heran, kok sejak semula dulu waktu saya mulai merasakan sakit dan apalagi bengkak, tidak ada dokter yang memikirkan untuk menangani infeksi saya dulu. Karena saya tahu, kalau sejak semula infeksi tertangani maka keadaan dan penderitaan saya tidak seberat ini). Pada hari ke 4, dokter ahli bedah mulut no 4 ini menyatakan bahwa infeksi rahang saya terkendali. Saya minta dokter ahli bedah mulut ini melakukan ‘pembersihan’ dengan operasi kecil di rahang saya tersebut. Sisa jaringan yang mati dibersihkan, tulang yang menonjol itu diambil dan satu gigi lagi dicabut karena sudah rusak sebagai efek infeksi yang berat.

Diagnosa final saya dari dokter bedah mulut yg ke empat ini adalah: osteonekrosis rahang (kematian tulang rahang).

Semoga pengalaman saya bisa menjadi pelajaran untuk yang lain, bahwa kalau kita merasakan sakit dan tindakan dokter tidak menyelesaikan masalah, maka jangan menyerah. Pada kasus saya, mula-mula tidak ada dokter yang memikirkan kemungkinan kematian tulang rahang sebagai akibat saya memakai obat penguat tulang. Pada saat saya kesakitan dan bingung kemana cari solusi, lewat komunitas sesama pasien kanker lah saya mendapatkan usulan untuk mohon dokter mencari tahu apakah keadaan saya ini adalah ‘osteonekrosis’ tulang rahang tersebut.

Mardian Fevin Nugraheni, 40 tahun, ibu dua anak (10 tahun dan 8 tahun) , tinggal di Solo – Jawa Tengah (September 2019)

Kematian tulang rahang (osteonekrosis tulang rahang)

Keadaan dimana tulang rahang mati adalah keadaan yang jarang terjadi, tetapi kalau ini terjadi, keadaan ini keadaan yang serius, dimana sel-sel di tulang rahang hancur atau mengalami kematian.

Secara umum, arti kata osteonekrosis (osteonecrosis) adalah kematian sel tulang; ‘osteo’ artinya ‘tulang’ dan ‘nekrosis’ artinya kematian sel-sel dari organ karena penyakit, organ itu cedera atau organ tersebut tidak mendapatkan aliran darah yang semestinya karena hal-hal tertentu.

Osteonekrosis tulang rahang bisa disebabkan oleh obat-obatan yang ‘target’ nya tulang, seperti obat-obatan jenis bisfosfonat (bisphosphonates) dan obat yang bernama denosumab, obat-obat an ini digunakan dengan tujuan memperkuat tulang.

Continue reading

Kanker muncul kembali – Pasca mastektomi

“Ketika Si Caca muncul kembali di atas Dadaku.”

Aku sudah bersahabat dengan Caca 4,5 tahun lamanya.

Mengikuti diagnosa pada tahun 2014 dengan ductal invasif carsinoma mamae stadium 2b grade 2 , Juni 2014 aku menjalani mastektomi. Waktu itu hasil uji immunohistokimia (IHK) ku pada tahun 2014 itu adalah : ER +, PR +, dan Her2 -. Aku menjalani kemoterapi sebanyak 6x per 3 minggu yang dilanjutkan dengan terapi hormon dengan minum tamoxifen 20 mg perhari yang direncanakan selama 5 tahun.

Sejak selesai terapi aku tetap menjalani aktivitas seperti biasa dan aktif bekerja serta ikut di berbagai kegiatan komunitas kanker di Bandung, dan pelayanan di lingkungan dan gereja.

Juni 2018 aku, suami dan putri semata wayangku pindah ke Jogjakarta, mengikuti kepindahan kerja suamiku. Akhir Oktober 2018, pada perabaan, aku temukan seperti ada otot yang menebal, di atas dada kiriku , diatas bekas operasi mastektomi dulu. Aku berpikir bahwa itu bukan sesuatu yang perku aku kuatirkan.   Awal November 2018, aku pergi ke seorang profesor ahli bedah onkologi untuk memeriksakan daerah yang kuraba tebal tersebut, sekaligus karena aku memang sedang merasa terganggu dengan nyeri dipunggung kiri dan pegal-pegal di badanku. Saran dokter waktu itu: segera menjalani mamografi dan dilanjutkan dengan tindakan biopsi (yang memakai teknik aspirasi jarum halus (AJH)), didaerah yang terasa menebal tersebut, yang selanjutnya kusebut ‘benjolan’.

Hasil uji patologi dari biopsi menunjukkan bahwa jaringan yang diambil dari benjolan di daerah dada tersebut terdiri dari sel kanker payudara dengan grade 3, yang diduga sebagai kanker yang kembali (residif). Dokter bedah onkologi (Sp B Onk) ku menyarankan pengangkatan benjolan tersebut sesegera mungkin. Operasi yang diharapkan bisa terjadi secepatnya tidak bisa dilakukan karena sampai 1 bulan tidak ada kamar untuk rawat inap (untuk pasca operasiku) yang tersedia di rumah sakit. Padahal rangkaian pemeriksaan pra-operasi sudah semua aku jalani. Karena keadaan ini, lalu aku datangi seorang dokter Sp B Onk lain di RS lain. Kamar segera di dapatkan dan pada tanggal 7 Januari 2019 aku menjalani ‘pengangkatan secara luas’ (eksisi luas atau wide excision) dari benjolan tersebut termasuk daerah sekitarnya, untuk memastikan bahwa daerah yang ditinggalkan bersih dari sel kanker. Dokter yang melakukan eksisi memberitahu saya bahwa ternyata jaringan kanker yang timbul kembali tersebut tumbuh kearah dinding/otot dada dan hampir menempel ke tulang dada sehingga membuat beliau berhati-hati mengambilnya.

Hasil uji patologi dari tumor baru ini menyimpulkan bahwa jaringan tersebut adalah lobular karsinoma mamae, grade 3. Ukurannya 2 x 0.5cm dengan tebal 3cm. Terapi yang dianjurkan dokter ahli kanker Sp Pd KHOM yang selama ini merawat ku adalah kemoterapi 6x per 3 minggu, dilanjutkan dengan radioterapi.   Perlu tidaknya terapi hormon dan kemungkinan pemakaian targeted terapi seperti trastuzumab baru akan dipikirkan kalau hasil IHK yang baru nanti menunjang. Dokter Sp Pd KHOM ku menjelaskan lebih jauh bahwa kekambuhan lokal di area sekitar dadaku ini masuk akal terjadi sebab usia pada waktu aku di diagnosa pertama dulu cukup muda (28 tahun). Ini membuat aku berada pada ‘posisi’ ber resiko tinggi akan kekambuhan.

Saat ini aku sedang menunggu hasil IHK dari ‘tumor baru’ ini. Tahun ini adalah tahun ke 4 ku menjalani terapi hormon dengan tamoxifen. Bisa dipastikan bahwa tamoxifen akan dihentikan kalau hasil IHK tumor yang baru nanti menunjukkan bahwa tumor yang baru ini tidak mempunyai reseptor estrogen (ER) ataupun reseptor progesteron (PR) – alias kalau ER PR nya negatif. IHK yang baru nanti juga akan menunjukkan apakah status HER2 tumor baru ini positif (artinya berbeda dengan IHK tumor yang dulu di tahun 2014) atau tetap sama, negatif.

Aku selalu beranggapan bahwa dengan adanya si caca dalam tubuhku ini (lagi), aku selalu meyakini bahwa Tuhan begitu sayang padaku. Dengan mengingatkan aku untuk beristirahat sejenak dari rutinitas ku dan mendekatkan diri kepadaNya, juga lebih peduli lagi terhadap sesamaku, teman2 seperjuangan dan yang baru menerima vonis kanker.

Semoga,   selalu ada keajaiban dari kisah dan kasih yang kualami di sepanjang hidupku ini.  Tetap berjuang, terus bertahan dan penuh semangat menjalani terapi hari demi hari.

God bless.

Icha Candrasa, 33 tahun, wiraswasta, Boro,   Jogjakarta

16 Januari 2019

Kanker timbul lagi di dada pasca mastektomi

Ada penyintas kanker payudara yang mengalami kanker yang kembali timbul di dinding dada sesudah operasi mastektomi yang dilakukan beberapa waktu sebelumnya.  Lokasinya timbul kembali kanker di dinding dada ini bisa terjadi di: (1) kulit dada, (2) otot dada, (3) jaringan dibawah kulit didaerah dimana dulu ada tumor/kanker yang sudah diangkat, dan (4) kelenjar getah bening di daerah dada.

Pada kasus dimana kanker kembali timbul di daerah dada ini bisa dikategorikan sebagai ‘kembalinya kanker secara lokal’ (loco regional recurrence) yaitu penyebaran di daerah sekitar payudara saja (lokal/regional).  Kasus kembalinya kanker di dada ini selain dikategorikan penyebaran lokal, juga bisa dikategorikan sebagai kondisi kanker kembali yang dikaitkan dengan adanya penyebaran ke organ-organ lain.  Kalau demikian maka perlu ada investigasi apakah memang ada penyebaran ke organ lain. Kalau ada maka status stadiumnya menjadi ‘kanker stadium 4 atau stadium lanjut‘.

ISI dari blog ini, TIDAK UNTUK MENGGANTIKAN ADVIS DOKTER MASING-MASING, tetapi lebih UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN sehingga pembaca PUNYA BAHAN untuk berdiskusi dengan dokter masing2.

Kalau kembalinya (recurrence) kanker ini terbatas hanya di daerah dada (= isolated recurrence), maka keadaan ini akan dikategorikan sebagai ‘kanker yang kembali tetapi bukan jenis yang metastatic (bukan jenis yang menyebar luas ke organ lain)’ – nama bahasa inggrisnya “non-metastatic breast cancer recurrence” – artinya bukan termasuk yang stadium 4/lanjut karena tidak ada metastase yang jauh ke organ-organ lain.  Statistik menyebutkan, sekitar 5 persen dari semua yang di diagnosa kanker payudara, ditemukan mengalami penyebaran lokal ini dalam kurun waktu 10 tahun atau lebih sejak waktu didiagnosa kanker payudara pertama kali.

Continue reading

Seroma – efek operasi payudara

Halaman ini berisi uraian tentang Seroma, didahului dengan testimoni dari Duhita.

Bulan Agustus 2018 ini adalah bulan kebahagiaan bagi saya… tgl 15 Agustus tahun 2017 yang lalu saya menjalani operasi pengangkatan payudara sebelah kanan setelah dokter menyatakan bahwa benjolan yang ada yang ada di payudara kanan saya benar kanker yang sudah mengenai 4 titik kelenjar getah bening di ketiak sebelah kanan. Saya ikuti dengan pasrah seluruh prosedur dari awal persiapan operasi – operasi – lanjut 8x kemoterapi dan 16x radiasi. Saya merasa tenang, sabar dan ikhlas karena saya sangat percaya pertolongan dan campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa, sangat besar di semua proses tersebut.  Hasilnya sampai hari ini saya tidak mengeluh kesakitan dan bisa menjalani semua kegiatan seperti dulu lagi. Tentunya ada beberapa pola hidup yang memang harus berubah. Seluruh terapi sudah selesai di akhir bulan Maret 2018. Sekarang ini saya masih harus kontrol ke dokter setiap 3 bulan sekali, sekalian suntik goserelin supaya haid saya berhenti. Oh iya tahun lalu umur saya 52 tahun dan masih menstruasi.

Ada pengalaman unik saat setelah menjalani operasi pengangkatan payudara, yang kebetulan dilakukan di Singapore, saya mengalami seroma, keadaan dimana dibagian bekas operasi terjadi penumpukan cairan. … cairan tersebut timbul karena rongga kosong (tadinya tempat payudara), terisi cairan tubuh, sehingga dibagian itu melembung. Ternyata setiap orang kondisinya berbeda. Saya sempat panik karena saat cairan itu sudah banyak, saya merasa tidak nyaman. Cukup lama saya alami hal itu dan beberapa kali saya harus ke dokter di Jakarta ini untuk disedot. Pernah cairan Seroma yang disedot sebanyak 320 cc. Untunglah sahabat2 saya, Dana & Inez, menjelaskan kepada saya sehingga saya sangat terbantu. Selama 2 bulan lebih saya bolak balik ke dokter Alfiah Amiruddin di RS  Royal Taruma untuk sedot Seroma. Setelah 2 bulan lebih akhirnya cairan Seroma berkurang dan dada sebelah kanan saya tidak menggelembung lagi, kulit dan tulang dibagian itu sudah menyatu secara alami. Dengan bantuan dari gerakan-gerakan latihan tangan yang diajarkan oleh dokter, semuanya sudah baik kembali.

Di awal tulisan ini saya sebut bahwa bulan Agustus ini merupakan bulan kebahagiaan bagi saya, mengapa?

Tidak lain karena tepat setahun saya bersyukur diberi kesempatan untuk mengalami semua ini. perjuangan saat kemoterapi dan perjuangan mengatasi emosi, semua bisa saya lalui dengan baik. Dari awal dokter mengatakan staium kankeer saya stadium 2b. Saya tidak pernah marah atau kecewa. Saya terima semua kondisi yang dokter katakan untuk saya dan saya hanya punya niat untuk nurut dengan apa yang akan dokter suruh saat itu. Tentunya disertai banyak berdoa kepada Tuhan Yang Maha Baik. Semua proses yang saya jalani dari awal selalu saya sharing dengan teman2 di Persekutuan Doa dan saya tidak mau menutupi kondisi yang ada. Ternyata dengan banyak sharing kepada siapapun saya jadi termotivasi untuk selalu semangat. Saya sekarang bisa mengatakan “ayo periksa” kepada semua teman-teman saya. Saya katakan, “Jangan sampai seperti saya, saya LALAI karena tidak mau mendengarkan ‘tubuh’ saya dan tidak memeriksakan diri sebelumnya”

Semoga pengalaman saya bisa berguna bagi siapapun yang memerlukannya. Indahnya berbagi

Duhita, tinggal di Jakarta.

Seroma

Seroma formation. Animated image of seroma development between breast tissue envelope and pectoralis major/mesh (ADM) layer [28] 
Seroma adalah cairan (disebut juga serum) yang berkumpul dibawah kulit. Seroma biasanya terjadi sesudah operasi/tindakan bedah, dan paling sering lokasinya pada bekas irisan pisau bedah atau dimana ada jaringan yang diambi.  Berkumpulnya cairan (sehingga membuat daerah itu bengkak) ini, tidak selalu terjadi langsung sesudah operasi, tetapi bisa terjadi beberapa minggu sesudah operasi.

Diagnosa kanker: Memberitahu dan Menjelaskan pada Anak

Sewaktu kita sebagai orang tua di diagnosa kanker, anak-anak lebih baik dilibatkan dalam komunikasi mengenai nya dan hal-hal seputar penanganan kanker. Tips untuk bagaimana membicarakan nya dengan anak – dituliskan di halaman ini, di dahului dengan testimoni dari Nita Nursepty yang mempunyai pengalaman ber dialog dengan ananda Naufal.

Saya Nita, penyintas kanker yang didiagnosa ca mammae stadium 3B tahun 2012. Ketakutan terapi bedah dan kemo membuat saya “melarikan diri” ke non medis seperti herbal obat cina, pijat refleksi 100 hari dan rompi jaket Warsito selama setahun. Akhirnya setelah upaya penyembuhan tdk berhasil maka saya berobat kembali ke dokter.

Pada waktu menerima diagnosa, saya bingung bagaimana mau memberitahu anak saya yang paling kecil, Naufal, yang waktu itu masih berumur 10 tahun dan masih duduk di SD kelas 6. Saya tahu, berita seperti ini akan membuat Naufal ikut merasakan kegalauan saya. Maka saya memutuskan tidak menceritakan nya pada kedua anak saya, sampai pada waktu saya di terapi. (Dikemudian hari, saya baru sadar bahwa seharusnya saya memberitahu anak-anak sejak permulaan).

Saya melibatkan Naufal dengan rutinitas baru saya, pergi ke dokter. Saya ajak Naufal. Dokter saya waktu itu mengingatkan saya bahwa saya harus semangat menghadapi terapi kanker ini, demi Naufal. Kebahagiaan saya adalah Naufal. Begitu kata dokter. Ini membuat saya merasa kuat untuk menunjukkan pada Naufal bahwa terapi kanker adalah hanya bagian rutinitas hdup sehari-hari, dan saya merasakan bagaimana tertancap kuat di diri Naufal keyakinan bahwa dia adalah kebahagian saya.

Kedua anak saya, laki-laki, keduanya menunjukkan stereotipe laki laki, yaitu tidak mudah menunjukkan perasaan . Tetapi, kelihatan sekali mereka berdua begitu siapnya untuk mendampingi ibunya.   Setiap keperluan saya, mereka perhatikan. Ini lebih jelas lagi dengan contoh Naufal yang selalu menguatkan saya dengan kata-kata ‘mama pasti bisa’. Waktu itu tahun 2016 Naufal duduk di SMP dan saya menjalani serangkaian terapi lagi sesudah ditemukan ada kanker lagi. Tidak segan-segan Naufal dan kakaknya menjaga saya sepanjang hari pada waktu saya mengalami efek kemo yang tidak enak, atau pada saat saya di rawat di rumah sakit.

Ada satu peristiwa yang sangat berkesan untuk saya. Waktu itu Naufal dan temannya sedang ngobrol di rumah, dan tidak sengaja saya mendengar obrolan mereka. Naufal dengan santainya menyebutkan bahwa ‘mama saya sakit kanker’. Waktu itu teman Naufal kaget, dan bertanya kembali kok Naufal santai sekali.   Jawaban Naufal lah yg membuat saya yakin bahwa Naufal anak yang tegar dan tahu menghadapi situasi ibunya. Naufal menjawab temannya bahwa tidak ada gunanya kalau dia memperlihatkan bahwa dia cemas, sebab itu akan membuat orang tua dia cemas.

Saya perhatikan, kadang Naufal minta dipeluk tanpa kata-kata, dan dia pernah mengatakan pada saya bahwa dia ingat terus kata-kata dokter bahwa dirinya adalah kebahagian saya. Saya yakin, ini semua menguatkan Naufal , saya dan seluruh keluarga.

Nita Nursepty, ketua dan pendiri Think Survive, Makassar

Bagaimana caranya memberitahu anak bahwa orang tua nya di diagnosa kanker?

Continue reading

Jaga Kesehatan Tulang

Dihalaman ini disediakan keterangan tentang bagaimana menjaga tulang tetap sehat pada waktu atau sesudah di terapi kanker – didahului dengan testimoni dari Ria Bramanto.

ISI dari blog ini, TIDAK UNTUK MENGGANTIKAN ADVIS DOKTER MASING-MASING, tetapi lebih UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN sehingga pembaca PUNYA BAHAN untuk berdiskusi dengan dokter masing2.

Ria Bramanto – sesi sharing tentang makanan sehat

Nama ku Ria, aku mendapat hadiah kanker payudara tipe HER2 positif dari Tuhan Yang Maha Baik pada Desember 2011.  Aku diterapi  dengan 6 kali kemo sebelum operasi  (3 kali dengan kombinasi 3 obat, yaitu : Fluoracil (5-FU), Epirubicin, Cyclophospamide dan 3 kali dengan docetaxel). Sesudah 6 kali kemo dilanjutkan dengan operasi radikal mastektomi lalu dilanjutkan dengan 17 kali terapi Herceptin.

Pemeriksaan darah sebelum kemoterapi menunjukkan kadar kalsium di darah ku tidak bagus. Sehingga dari awal kemoterapi dokter onkolog ku memberi tambahan vitamin D3 1200 IU 2 tablet sehari dan calsium carbonate 450 mg 1 tablet sehari. Sesudah semua terapi selesai, sampai hari ini, aku terus mengkonsumsi supplement vit D3 1200 IU 1 tablet sehari dan calsium carbonate 450 mg 1 tablet sehari.

Sebelum mulai kemoterapi dokter onkolog ku menjelaskan tentang efek kemoterapi yang akan kujalani dan mengingatkan ku untuk berjemur di matahari pagi. jangan sampai jatuh sehingga tulang bisa patah, makan makanan bergizi, cukup istirahat, berusaha tidak stress (sehingga bisa merasa bahagia) dan disiplin control ke dokter.

Dari referensi yang kubaca tentang akibat kemoterapi yang sangat mendalam membekas dalam ingatan ku yaitu kemungkinan orang mengalami osteoporosis sebagai akibat terapi kanker payudara. Ini menyebabkan aku mencari informasi bagaimana supaya kemungkinan terkena osteoporosis bisa ku minimalisir, karena aku mengalami dan menyaksikan sendiri bagaimana tidak enaknya ibuku hidup dengan osteoporosis.

Sehingga dari awal, aku rajin mengikuti saran dokter onkolog ku untuk berjemur di matahari pagi/jalan pagi (bahkan di saat2 masa2 mual dan susah jalan yang kualami saat kemoterapi), mengkonsumsi sayur, buah, skimmed milk (susu rendah lemak – atas persetujuan dokter onkolog ku), ditambah 6 bulan sesudah operasi aku kembali melakukan senam/yoga yang gerakannya disesuaikan dengan kondisi tubuhku saat itu.

Yang membuatku makin percaya bahwa osteoporosis akibat kemoterapi bisa diminimalisir adalah saat bulan Mei 2018 yang lalu aku menjalani test kepadatan tulang. Saat hasil nya dibacakan oleh dokter tulangku, dokter ku saja ‘terpana’ (hahaha bahasa lebay ya) bahwa hasilnya bagusssss…

Apa yang kulakukan dari saat pertama terdiagnosa kanker pada Desember 2011 telah membuktikan nya.

Selama ini tanpa kusadari dengan mengikuti anjuran dokterku dan dibarengi dengan asupan2 yang ada, membuat tulangku menjadi tetap padat dan sehat .

Ritualku setiap pagi adalah bangun tidur dengan minum segelas air hangat, makan buah2an (buah apel hampir selalu ada dalam menu buah harianku) biasanya aku blender sehingga daging buahnya pun ku makan, atau buah kumakan dalam bentuk potongan (tidak di blender). Sesudah jalan pagi selama 30 menit atau berjemur selama 15 menit baru aku mengkonsumsi sereal yang di campur dengan skimmed milk/yoghurt  atau roti gandum atau pastel sayur yang biasanya ku buat sendiri karena mudah dan dengan takaran sesukaku.

Diantara rentang makan siang dan malam, camilan ku bisa berupa aneka kacang2 an, atau blenderan sayur (nenas kale/pokchay atau bit, wortel, kale, nenas).

Untuk menu makan, aku tidak terlalu ribet, cukup aneka sayur di kukus dan nasi merah. Untuk lauk aku lebih banyak mengkonsumsi ikan. Daging merah sebisa mungkin ku hindari (pengakuan dosaku hihii … khusus untuk rendang ku masih belum bisa hindariiiii ..)

Jadi jangan pernah menyerah ya teman2 seperjuangan, kita bisa mengubah hal yang kelihatannya tidak mungkin menjadi mungkin asal kita mau berusaha, disiplin, menjalankan nya dengan hati gembira dan jangan lupa berdoa ya.

Salam sehat dan semangat untuk sehat selalu.

Ria Bramanto, Jakarta

Merawat dan menjaga kesehatan tulang-tulang kita

Sebagian terapi kanker payudara bisa mengganggu kesehatan tulang-tulang kita, yaitu tualng bisa rapuh (osteoporosis) dan mudah patah.

Bagaimana cara mengurangi kemungkinan tulang-tulang kita menjadi rapuh karena efek dari terapi kanker payudara?  Perubahan gaya hidup dengan strategi yang sederhana, bisa membantu tulang-tulang kita sehat dan kuat. Kalau sebagian tulang-tulang anda sudah mengalami penipisan (bone thinning) perubahan cara makan (diet) dengan diet makananan sehat, dipercaya akan membantu menghentikan atau memperlambat proses penipisan tulang lebih lanjut.

Continue reading

Terapi Kanker Payudara

Atikah Wahid, 53 tahun, Bekasi

Saya ingat sekali, hari kamis tanggal 20 Desember 2010, jam 7 pagi,  sambil mandi saya meraba ada benjolan di payudara kanan.  Perasaan saya langsung takut dan kaget.  Sambil berusaha tenang, tetapi ketakutan, dengan terbata-bata saya beritahu putri saya yg nomer 3.
Alhamdulillah, putri saya langsung membawa saya ke RS. Siloam Cikarang, dimana saya langsung di USG, hasilnya ditemukan gambaran ada benjolan dengan ukuran kurang lebih 1.58×1.01 cm.
Sesudah USG dilakukan mamografi, yang memberikan kesan ada massa di payudara kanan dengan lokasi di supralateral yang mencurigakan sebagai tumor ganas.  Melihat hasil USG dan mamografi ini, maka saya dianjurkan di biopsi.
Hari itu saya mendapatkan anjuran dokter untuk menjalani operasi.  Tetapi, rasanya tidak rela kalau harus operasi, dalam hati saya terus bertanya-tanya ‘apakah harus operasi?’ … ‘apakah ada jalan lain?’ Keluarga berusaha menenangkan saya dan saya sendiri sangat galau, terpikir untuk mencari pendapat dokter lain.  Dengan modal informasi dari teman dekat saya, seorang perawat, saya pergi ke seorang dokter bedah onkologi senior, di RS Kramat 6. Dengan perabaan, dokter mengatakan bahwa ukuran benjolan saya ber diameter 2 cm, dan anjurannya ‘harus segera di operasi’.  Mendengar ini saya bertambah galau, hanya beda beberapa hari, kenapa bisa menjadi 2 cm (tanpa terpikir lagi bahwa tentu saja dengan perabaan hanya bisa di kira -kira – tidak setepat kalau melalui USG/mamografi). Mulai lah saya jalani berbagai macam pemeriksaan untuk persiapan operasi, seperti biopsi tumor, USG ulang, rontgen paru, pemeriksaan jantung dan ada beberapa pemeriksaan lagi.
Karena sebetulnya saya belum bisa terima bahwa saya harus  menjalani operasi payudara, saya pergi ke seorang ustad yang menurut seorang teman bisa menghilangkan mioma (= tumor jinak di rahim) teman saya tersebut.  Pengalaman teman ini membuat saya yakin bahwa tumor di payudara saya bisa hilang tanpa operasi.  Maka diam-diam,tanpa sepengetahuan keluarga, saya pergi ke ustad tersebut.  Sesudah antri lama sejak pagi, akhirnya waktu mahgrib ustad bisa memeriksa saya.  Saya ceritakan pada ustad tentang benjolan di payudara saya, lalu saya disuruh mendekat ke ustad, saya mau karena di ruangan itu banyak pasien lain, lalu payudara saya di raba dan di pencet-pencet (maaf!) sampai saya mengeluh ‘sakit.. ustad’.  Ustad mengatakan bahwa benjolan akan hilang sendiri, dan saya perlu ‘menahan’ saja perasaan sakit atau tidak enak.  Disinilah saya jadi ragu terhadap ustad ini.  Masak dengan mendiamkan saja benjolan akan hilang?  Sedangkan yang saya alami, dalam beberapa hari saja tumor bertambah besarnya.  Malam itu saya sulit tidur karena payudara saya terasa sakit. Keluarga sudah bertanya kapan saya akan ke dokter untuk di operasi. Saya memutuskan akan menjalani operasi, dan menjadi makin mantap sesudah teman dekat saya yang perawat menenangkan saya bahwa saya tidak perlu takut operasi – akhirnya saya menjalani operasi payudara pada tanggal 13 January 2011.  Saya pikir operasi saja akan cukup, tetapi harapan saya punah, oleh dokter ahli bedah onkologi yang meng-operasi saya, saya dirujuk ke seorang profesor dan dokter ahli hematologi onkologi (artinya ahli penyakit dalam yang khusus kanker).  Beliau menyarankan 8 kali kemoterapi dengan campuran obat kemoterapi AC (anthracycline dan cyclophosphamide) yang saya jalani mulai February sampai Juli 2011.  Perjalanan kemo terasa panjang sekali, saya mengalami mual-mual yang luar biasa, dengan rambut rontok, kulit kusam, dan muka pucat pada kemo yang kedua kali.  Keluarga dan teman yang menjenguk banyak yang menyangka bahwa saya sudah dekat ke kematian, tetapi Alhamdullilah, Allah memberikan umur panjang. Selesai kemo, saya pikir saya sudah bebas dari terapi kanker, tetapi dokter menyarankan radioterapi sebanyak 25 kali.   Saya pasrah saja, maka saya jalani radiasi, yang di mulai tanggal 16 November 2011.  Ada tambahan cerita lain, setelah radiasi yang ke 19, dilakukan check USG pada abdomen (perut), ternyata ditemukan gambaran tumor di daerah atas ginjal kiri (suprarenal kiri).  Meskipun berita ini membuat saya syok, saya teruskan radioterapi sampai ke 25 kali yang selesai pada September 2011, lalu baru dilanjutkan dengan operasi (dengan metode laparoskopi oleh dokter ahli bedah urologi) pengambilan tumor di dekat ginjal kiri tersebut.  Saya sangat bersyukur karena hasil pemeriksaan jaringan tumor di dekat ginjal ini menunjukkan bahwa tumor tersebut jinak, bukan kanker.    Atikah Wahid, 53 tahun, Bekasi

TERAPI KANKER PAYUDARA

Terapi yang dianggap paling tepat untuk kanker payudara pada prinsipnya bersifat UNIK karena setiap kasus kanker payudara berbeda antara satu dan lainnya, sehingga terapi apa saja yang dilakukan juga berbeda antara satu orang dengan orang lain.

Usia dan apakah seorang perempuan itu sudah menopause atau belum, stadium dari kanker payudaranya, tipe dari kanker payudaranya, dan pilihan pribadi pasien – semua ini adalah faktor yang penting dalam menetapkan terapi yang paling tepat dari kanker payudara pada seseorang yang baru di diagnosa.

ISI dari blog ini, TIDAK UNTUK MENGGANTIKAN ADVIS DOKTER MASING-MASING, tetapi lebih UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN yang diharapkan bisa dijadikan BAHAN untuk berdiskusi dengan dokter masing2.

Continue reading

Obat peningkat kadar lekosit (Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF))

 

Kikis Nugroho, 32 tahun, Yogyakarta

Saya Kikis, tinggal di Yogya, berumur 32 tahun, dengan dua anak yang sangat membanggakan saya, berumur 9 dan 4 tahun.

Sejak saya di diagnosa kanker payudara, pada tahun 2015, saya sudah menjalani beberapa macam terapi, mulai dari kemoterapi sebanyak 6 kali yang lalu dilanjutkan dengan radioterapi sebanyak 33 kali.  Pada waktu radioterapi baru saya jalani sebanyak 22 kali, mata saya tiba-tiba berwarna kuning seperti kunir/kunyit, dan badan saya terasa sangat lemah dengan berat badan yang menurun dan rasa mual yang tidak kunjung hilang.  Tetapi, dokter menyarankan supaya saya tetap melanjutkan radioterapi yang sedang saya jalani sampai selesai (33 kali).  Sesudah radioterapi selesai, saya menjalani pemeriksaan yang menyeluruh dengan CT scan, MRCP (Magnetic Resonance Cholangiography – seperti MRI tapi khusus untuk memeriksa keadaan organ pankreas, kandung empedu dan hati) dan endoscopy.   Dari hasil pemeriksaan ini, dokter ahli bedah digestif menyimpulkan bahwa ada massa/benjolan yang menyumbat saluran empedu ke usus.  Dilakukan lah operasi sunting billo-digestif (bagian usus yang ada massanya – yang menyumbat – dipotong, lalu ujung usus disambungkan dengan usus yang masih berfungsi normal sebagai saluran cairan empedu).  Massa yang menyumbat diduga massa tumor ganas payudara. Pada saat operasi, dokter bedah digestif juga menemukan ada massa di organ hati (liver), tetapi, massa yang ini tidak diangkat karena sudah menempel ke hati.

Setelah pulih dari luka operasi di perut, warna kuning pada mata saya menghilang, pertanda sumbatan di daerah hepatobiliar (hati-kandung empedu) sudah tidak ada lagi sehingga fungsi hati kembali normal dan kadar bilirubin saya kembali normal juga sehingga ter refleksikan di mata saya.

Dokter memutuskan untuk melakukan kemoterapi lagi pada saya, kali ini obat kemo nya Halaven (diberikan hari pertama dan ke delapan dalam siklus 21 hari).  Saya lewati proses kemo kali ini dengan baik pada permulaannya, tetapi pada siklus kedua, saya mengalami penurunan sel darah putih (lekosit) sampai saya mengalami tanda-tanda infeksi (badan menggigil karena demam lumayan tinggi: 39 derajat C) disertai dengan mulut yang penuh dengan sariawan sampai di tenggorokan.  Saya lalu harus masuk rawat di rumah sakit dan dokter memberikan suntik Leucogen 3 kali selama 3 hari berturut-turut.  Efek yang saya rasakan waktu itu adalah badan terasa sangat tidak enak, pegal-pegal dan sakit semua.  Pada siklus kemoterapi yang berikutnya, saya mengalami lagi penurunan kadar lekosit dan hal yang sama terulang lagi, saya mengalami infeksi sehingga saya demam dan dirawat lagi di rumah sakit.  Suntikan Leucogen selama 4 kali saya dapatkan, dan efek samping yang saya alami sama dengan sebelumnya.  Melihat reaksi tubuh saya (dengan adanya lekosit yang turun (bahasa medisnya: leukopenia)) maka dokter memutuskan untuk menurunkan dosis kemoterapi menjadi setengahnya.  Hasilnya, saya bisa menyelesaikan seluruh siklus kemo dengan obat Halaven.  Meskipun kadar lekosit tetap turun, tetapi tidak sampai membuat saya terkena infeksi.

Kemoterapi selesai dan hasil evaluasi kemoterapi (mengukur seberapa besar keberhasilan kemoterapinya) dengan ultrasound  (USG) perut menunjukkan bahwa masih ada nodul (benjolan) di hati.  Karena inilah dokter memutuskan untuk menambah kemoterapi dengan 2 siklus lagi.  Hasil evaluasi sesudah penambahan 2 siklus kemoterapi ini menunjukkan kelihatan masih ada secara samar-samar ‘selaput’ atau lapisan luar dari nodul di hati.  Maka dokter memutuskan menambah dengan 2 siklus kemo lagi. Totalnya, untuk kemoterapi halaven ini saya menjalani 8 siklus, dimana tiap siklus mempunyai ‘sub’ siklus, sehingga bisa dikatakan saya mendapatkan kemoterapi 16 siklus.  Sekarang ini saya sedang menjalani siklus yang ke 14. Sesudah dosis obat kemo diturunkan, saya tidak mengalami penurunan lekosit yang drastis seperti sebelumnya sampai saya harus disuntik Leucogen.

Begitulah cerita singkat tentang pengalaman saya, semoga kedepannya saya semakin membaik dan sehat seperti dulu lagi.  Saya jalani semua ini dnegan ikhlas dan sabar, juga dengan semangat tinggi.  Semuanya kupasrahkan pada Yang Kuasa.  Saya sudah berusaha sekuat dan semampu saya.  Tentang hasilnya, saya serahkan pada Tuhan yang saya yakin akan menjawab setiap ikhtiar dan doa-doa saya.

Kikis

Halaman ini menjelaskan obat yang tergolong G-CSF (granulocyte colony stimulating factor) dan efek samping yang mungkin timbul dalam penggunaannya.  Komunitas survivor kanker payudara (atau pasien kanker lainnya) familiar dengan obat-obat GCSF ini, dengan seringnya penggunaan obat ini yang dikenal sebagai ‘obat suntik untuk meningkatkan jumlah lekosit’ ; dengan berbagai merk dagang: Neupogen, Leucogen, Filgastrim, neulasta, dan lain sebagainya.

ISI dari blog ini, TIDAK UNTUK MENGGANTIKAN ADVIS DOKTER MASING-MASING, tetapi lebih UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN yang diharapkan bisa dijadikan BAHAN untuk berdiskusi dengan dokter masing2.

Continue reading

Vinorelbine (Navelbine)

 Image result for vinorelbine chemotherapy breast cancer navelbine

Di halaman ini dituliskan keterangan tentang obat kemo vinorelbine (navelbine) dan efek samping yang mungkin dialami selama pemakaian obat kemo ini.  Informasi yang tertulis di halaman ini termasuk:

  • Apakah Vinorelbine (navelbine) itu
  • Cara kerja vinorelbin
  • Pemakaian vinorelbin
  • Pemberian Vinorelbin
  • Tes-tes selama terapi
  • Efek samping yang biasa timbul
  • Efek samping yang sesekali timbul
  • Efek samping yang jarang timbul
  • Hal-hal yang penting diingat
  • Imunisasi/vaksinasi dan kemoterapi
  • Informasi lain yang berhubungan denga vinorelbin
  • Tambahan informasi
ISI dari blog ini, TIDAK UNTUK MENGGANTIKAN ADVIS DOKTER MASING-MASING, tetapi lebih UNTUK MEMBERIKAN PEMAHAMAN yang diharapkan bisa dijadikan BAHAN untuk berdiskusi dengan dokter masing2.